ads
Belajar dari Tongkat Kerajaan Bengkulu

Belajar dari Tongkat Kerajaan Bengkulu

Smallest Font
Largest Font

BENGKULU — Pada saat perhelatan Sidang Tanwir Muhammadiyah di Bengkulu, kami menyempatkan untuk mengunjungi beberapa destinasi di propinsi yang dikenal dengan sebutan “Bumi Raflesia” ini.

Tentu saja karena saat ini kami sedang membangun museum, maka kunjungan ke museum yang ada di daerah tersebut merupakan kunjungan wajib. Begitu juga ketika ke Bengkulu, kami menyempatkan diri berkunjung ke Museum Negeri Bengkulu. Ada kisah artefak Tongkat Kerajaan Bengkulu.

Advertisement
ads
Scroll To Continue with Content

Sebagaimana kita ketahui, pada abad ke-17 di Bengkulu sudah berkembang kerajaan-kerajaan Islam, yang tentunya memiliki peninggalan yang sangat luar biasa bernilai.

Ketika kami berada di museum, kami menemukan peninggalan tongkat kerajaan itu. Tapi anehnya, di koleksi itu tertulis “Replika”. Iseng kutanya kepada penjaga museumnya Danang mahasiswa kami dapatkan jawaban yang sangat mengagetkan.

Tongkat asli sebenarnya ada, namun enggan disimpan di museum dan memilih disimpan di kantor pemerintah daerah. Tentu saja alasannya macam-macam.

Nah, saat ini tongkat itu sudah hilang dan ditemukan di gudang dalam kondisi rusak dengan kepala ular emas yang sudah hilang. Sangat memprihatinkan sekali ketika si pemilik museum pun tidak mau menyimpan koleksi aslinya di museum dan memilih menyimpannya di rumah.

Terus, apa arti museum yang dipahami ya? Sebuah pertanyaan besar yang menggelitikku. Museum sebenarnya dan seharusnya menjadi tempat yang paling aman untuk benda yang miliki nilai tinggi, baik nilai kesejarahan, keilmuan, atau kebudayaan.

Museum harusnya dimaknai sebagai sebuah media transformasi informasi dan nilai dari apa yang dimiliki kepada orang lain. Memang sih memiliki benda bermilai sejarah itu sangat membanggakan. Namun apalah artinya kebanggaan itu jika hanya bisa dinikmati diri sendiri atau paling banter keluarga. Atau, teman yang datang ke rumah kita.

Pernahkah kita berpikir, benda itu bisa menjadi sarana jariyah kita juga?

Kembali ke Museum Muhammadiyah. Belajar dari apa yang terjadi di Bengkulu, kami sangat berharap tidak terjadi di Muhammadiyah. Apapun artefak yang dimiliki dan dinilai berharga, apalagi jika itu memang milik persyarikatan, maka silakan disimpan di museum saja. Insya Allah kami akan memperlakukan benda itu dengan baik dan menjadikannya media transformasi nilai dan informasi.

Juga bagi siapa saja yang memiliki benda yang punya nilai sejarah kemuhammadiyah, bisa percayakan kepada kami untuk mengelolanya. Insya Allah semua akan memiliki nilai manfaat yang lebih dibanding hanya disimpan di rumah atau di kantor. Juga bisa terkonservasi, terpreservasi dengan baik. Museum Muhammadiyah memanggil kepada siapa saja untuk menyebarkan nilai dan informasi penting melalui Museum Muhammadiyah. (Hj Widiyastuti, SS, M.Hum)

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Paling Banyak Dilihat